Gus Mus
Pendidikan
Pendidikan Gus Mus dimulai di Sekolah Rakyat (SR) Rembang, kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri di bawah asuhan KH. Marzuqi Dahlan dan KH. Mahrus Aly kurang lebih selama satu setengah tahun. Setelah itu ia melanjutkan menimba ilmu di Pondok Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Yogyakarta selama empat tahun di bawah asuhan KH. Ali Maksum dan KH. Abdul Qadir. Seetelah menamatkan di pondok tersebut ia menimba ilmu di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.
Kiprah
Gus Mus pernah menjabat sebagai Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada tahun 2014 hingga 2015. Pada mulanya ia adalah seorang wakil Rais 'Aam dan Rais 'Aam saat itu adalah KH. Sahal Mahfudz, karena KH. Sahal Mahfudz wafat pada tahun 2014, maka kedudukan Rais 'Aam dijabat oleh KH. Mustafa Bisri (Gus Mus).
Gus Mus adalah seorang pemuka agama atau ulama pertama kali yang memperoleh penghargaan "Yap Thiam Hien" pada tahun 2017 karena ia dikenal sebagai pejuang Hak Asasi Manusia
Selain itu saat Gus Mus menimba ilmu di Universitas Kairo, ia pernah menjadi pengurus HPPI (Himpunan Pemuda dan Pelajar Indonesia) bersama KH. Syukri Zarkasyi sekaligus menjadi aktivis pengelola majalah organisasi berdua dengan KH. Abdurrahman Wahid.
Karya
Karya Sastra
- Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1991,1994).
- Tadarus, Antalogi Puisi (Prima Pustaka Yogya, 1993).
- Pahlawan dan Tikus (kumpulan puisi, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1996).
- Wekwekwek: sajak-sajak bumilangit (1996)
- Gandrung: Sajak-sajak Cinta ( Mata Air Publishing, 2000)
- Negeri Daging (Bentang Pustaka, 2002)
- Rubaiyat Angin dan Rumput (PT Matra Multi Media, 2008)
- Lukisan Kaligrafi (kumpulan cerpen, Kompas, 2006)
- Aku Manusia : Kumpulan Puisi (MataAir Publishing, 2016)
- Konvensi (kumpulan cerpen, Diva Press, 2018)
Karya non-sastra
- Dasar-dasar Islam (terjemahan, Penerbit Abdillah Putra Kendal, 1401 H).
- Ensklopedi Ijma' (terjemahan bersama KH. M.A. Sahal Mahfudh, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1987).
- Nyamuk-Nyamuk Perkasa dan Awas, Manusia (gubahan cerita anak-anak, Gaya Favorit Press Jakarta, 1979).
- Kimiya-us Sa'aadah (terjemahan bahasa Jawa, Assegaf Surabaya).
- Syair Asmaul Husna (bahasa Jawa, Penerbit Al-Huda Temanggung).
- Mutiara-mutiara Benjol (Lembaga Studi Filsafat Islam Yogya, 1994).
- Mahakiai Hasyim Asy'ari (terjemahan, Kurnia Kalam Semesta Yogya, 1996).
- Metode Tasawuf Al-Ghazali (tejemahan dan komentar, Pelita Dunia Surabaya, 1996).
- Saleh Ritual Saleh Sosial (Mizan, Bandung, Cetakan II, September 1995).
- Pesan Islam Sehari-hari (Risalah Gusti, Surabaya, 1997).
- Al-Muna (Syair Asmaul Husna, Bahasa Jawa, Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, 1997).
- Fikih Keseharian (Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, bersama Penerbit Al-Miftah, Surabaya, Juli 1997).
- Kado pengantin (kumpulan nasehat untuk pengantin yang ditulis tokoh kiai dan cendekiawan, 1997).
- Bingkisan Pengantin (antologi puisi tokoh penyair, 2002).
- Cerita-Cerita Pengantin (kumpulan cerpen yang ditulis para tokoh cerpenis, 2004)
Penghargaan
- Sebagai cerpenis, Gus Mus menerima penghargaan “Anugerah Sastra Asia” dari Majelis Sastra (Mastera,Malaysia, 2005).
- UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta memberikan gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang Kebudayaan Islam kepada kiai kelahiran Rembang, Jawa Tengah. Acara pemberian gelar tersebut terjadi pada hari Sabtu (30/5/2009) dan dipimpin langsung oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. H. Amin Abdullah.
- Presiden Joko Widodo atas nama negara memberikan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma kepada dedikasi Gus Mus. Acara penyematan berlangsung di Istana Negara. Jakarta, 13 Agustus 2015.[2]
Kontroversi
Lukisan Zikir Bersama Inul
Lukisan Zikir Bersama Inul dilukis oleh Mustofa Bisri sebagai bentuk pembelaan kepada Inul Daratista. Lukisan ini dianggap kontroversial karena menampilkan sekelompok kiai yang mengenakan sarung, jubah putih dan serban, sambil duduk berzikir mengelilingi seorang perempuan bertubuh bahenol yang sedang bergoyang.[3] Karena lukisan tersebut, Mustofa Bisri yang memperoleh dukungan dari Abdurrahman Wahid saat itu, gagal terpilih sebagai salah satu kandidat Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama di akhir tahun 2004.
Posting Komentar untuk "Gus Mus"